Selasa, 03 Oktober 2017

NU: Pengibar Panji Ahlussunnah Wal Jama’ah

NU: Pengibar Panji Ahlussunnah Wal Jama’ah

 1.    
Ahlussunnah Wal Jama’ah (اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ) artinya para pengikut ajaran Assunnah wal Jama’ah. Tetapi seringkali kata Ahlussunnah wal Jama’ah juga dipergunakan untuk menyebut ajaran Assunnah wal Jama’ah (السُّنَّة وَالْجَمَاعَة).
2.   Assunnah wal Jama’ah adalah ajaran Islam yang lurus dan murni, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah r. dan diamalkan bersama para sahabatnya, belum tercampurkan dengan sesuatu yang bukan semestinya.
3.        Istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah pertama kali dipopulerkan oleh para shahabat Nabi r generasi yunior (Shigharu al-Shahabah), seperti Ibn Abbas t, Ibn Umar, dan Abu Sa’id al-Khudri:
قَالَ اِبْنُ عَبَّاسٍ t فيِ قَوْلِهِ تَعَالىَ: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ (سورة: آل عمران:106), فَأَمَّا الَّذِيْنَ ابْيَضَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَأَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَأُولُو الْعِلْمِ, وَأَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْ فَأَهْلُ الْبِدْعَةِ وَالضَّلَالَةِ.(شرح اصول الاعتقاد اهل السنة والجماعة, ج2 ص92)
Ibn Abbas t berkata ketika menafsirkan firman Allah: “Pada hari yang diwaktu itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.” (QS. Ali Imran: 106). “Adapun orang-orang yang wajahnya putih berseri adalah pengikut ahlussunnah wal-jama’ah dan orang-orang yang berilmu. Sedangkan orang-orang yang wajahnya hitam muram, adalah pengikut bid’ah dan kesesatan.” (Syarh Ushul I’tiqd Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah, Juz 1, hal.79)
4.        Agar lebih mudah membedakan dengan golongan lain, maka beberapa ulama membuat definisi dari ASWAJA tersebut. Salah seorang dari mereka ialah Hadratusysyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, dalam kitabnya Ziyaadatut Ta’liqaat (hal. 23-24). Beliau mendefinisikan:
أَمَّا أَهْلُ السُّنَّةِ فَهُمْ أَهْلُ التَّفْسِيْرِ وَالْـحَدِيْثِ وَالْفِقْهِ فَإِنَّهُم الْمُهْتَدُوْنَ الْمُتَمَسِّكُوْنَ بِسُنَّةِ النَّبِيِّ r وَالْـخُلَفَاءِ بَعْدَهُ الرَّاشِدِيْنَ وَهُم الطَّائِفَةُ النَّاجِيَّةُ قَالُوا وَقَدْ اجْتَمَعَت الْيَوْمَ فىِ مَذَاهِبَ أَرْبَعَةٍ الْـحَنَفِيُّوْنَ وَالشَّافِعِيُّوْنَ وَالْمَالِكِيُّوْنَ وَالْـحَنْبَلِيُّوْنَ.
“Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadits dan ahli fiqh. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh kepada sunnah Nabi r dan sunnah Khulafaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali.” (Ziyadaat Ta’liqat hal. 23-24).
5.   Dapat dirumuskan dengan sederhana, bahwa kaum Ahlussunnah wal Jama’ah ialah para pengikut setia ajaran Islam yang masih lurus dan murni.
6.   Kesetiaan itu diwujudkan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah dengan antara lain:
  a. Keinginan yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan ajaran yang benar-benar bersih sesuai dengan apa yang disampaikan dan dimaksudkan oleh Rasulullah r (dari Allah I).
    b. Berhati-hati dalam menerima suatu pendapat atau penafsiran, dengan meneliti kebenaran dan kesinambungan jalur dan salurannya sampai kepada Rasulullah r, tidak hanya dengan membaca sepotong naskah dari satu dalil saja.
    c. Berusaha mempelajari Islam seutuh mungkin dengan mempelajari secara ijmali (keseluruhan) dan tafsili (rincian) dan dengan memahami garis-garis kecilnya (mikro).
     d. Berusaha keras mengamalkan Islam sebaik mungkin, dengan selalu menyadari kelemahan diri, sehingga tidak merasa dirinya paling benar dan paling taqwa.
7.        Ahlussuannah wal Jama’ah mengikuti watak dasar (karakteristik) sebagaimana watak dasar Islam antara lain :
a.   At-Tawassuth ( التَّوَسُطُ ) = Sikap tengah atau sedang-sedang.
b.   At-Tawazun   ( التَّوَازُنُ )= keseimbangan.
c.   Al-I’tidal ( الإِعْتِدَالُ )      = tegak lurus.
8.        Sungguh baik ada organisasi yang menegaskan dirinya, sebagai penganut, pengawal dan penegak Ahlussunnah wal Jama’ah, seperti Nahdlatul Ulama’, dan niven-niven didalamnya seperti Muslimat NU, Fatayat NU, dan lain sebagainya. sebagaimana ditegaskan dalam tujuan dan usaha Nahdlatul Ulama’ dalam anggaran dasarnya bab IV pasal 8 ayat 2: “Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran islam yang menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan, kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta”. Namun demikian, ke-Ahlussunnah-an seseorang tetap bergantung pada pendiriannya, sikap mental dan tingkah lakunya, tidak hanya pada keanggotaannya pada suatu organisasi.
9.        Organisasi seperti Nahdlatul Ulama’ memikul tanggung jawab yang sangat berat untuk membina seluruh anggotanya menjadi pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah yang baik, sehingga mampu membuktikan keunggulan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.
10.    Bagi Nahdlatul Ulama’, ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah itu meliputi bidang aqidah (tauhid), bidang syari’ah (fiqh) dan bidang akhlaq (tasawwuf), termasuk di dalamnya tata cara kehidupan berumah tangga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu digali dan dirumuskan dari sumber primer ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan al-sunnah.
11.    Di bidang Aqidah, Ahlussunnah wal Jama’ah mengikuti rumusan Imam al-Asy’ari dan Imam Al-Maturidi, sebagaimana dapat kita pelajari dari kitab-kitab semisal ‘Aqidatul ‘Awam, Jawharatut Tauhid atau karya Imam al-Asy’ari  sendiri, seperti  Al-luma’ fi al-Raddi ‘ala Ahl al-Zaygi wa al Bida’ atau al- Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah, dan karya al-Maturidi, seperti Kitab al-Tauhid, Ta’wilat Ahlisunnah dan lain-lain. Nama lengkap Imam al-Asy’ari ialah Syeikh Abu al-Hasan ‘Ali al-Asy’ari (lahir di Basrah tahun 260 H/874M dan wafat di Basrah juga tahun 324 H/936 M. dalam usia 64 tahun). Sedangkan nama lengkap Imam al-Maturidi ialah Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud al-Maturidi, wafat di sebuah desa bernama Maturid Samarqand, di Asia tengah pada tahun 333 H/944 M.
12.    Di bidang Syari’ah, Ahlussunnah wal Jama’ah mengikuti salah satu Madzhab yang empat, dan hampir seluruh kaum muslimin di Indonesia mengikuti Madzhab Syafi’i, sebagaimana dapat kita pelajari dari kitab-kitab salaf seperti Fathul Qorib, Fathul Mu’in dan lain-lain. Yang dimaksud dengan empat Madzhab tersebut ialah:
a. Madzhab Hanafi. Pendiri/Perumusnya ialah Imam Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit al-Kufi (80-150 H).
b. Madzhab Maliki. Pendiri/perumusnya ialah Malik bin Anas bin Malik al-Ashbahi (93-179 H).
c.  Madzhab Syafi’i. Pendiri/perumusnya ialah Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150-204).
d. Madzhab Hanbali. Pendiri/perumusnya ialah Ahmad bin Hanbal al-Syaibani (164 -241 H).
13.    Di bidang Akhlaq, (Tasawwuf) Ahlussunnah wal Jama’ah mengikuti rumusan Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali. Nama lengkap Imam al-Junaid  adalah Abu al-Qasim al-Junaid bin Muhammad al-Baghdadi (wafat tahun 298 H/910 M). Sedangkan nama lengkap Imam al-Ghazali ialah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali (wafat tahun 505 H/1111 M). Materi pelajaran akhlaq dan tasawwuf rumusan kedua imam tersebut bisa dikaji dalam berbagai kitab akhlak dan tasawwuf, semisal Bidayatul Hidayah, Kifayah al-Adzkiya’, dan Ihya’ Ulum al-Diin, dan lain sebagainya.
14.    Materi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah ialah apa yang diajarkan di Pesantren-Pesantren dan Madrasah-Madrasah Salaf, yang beberapa waktu lalu sering diremehkan, dinilai sebagai lambang keterbelakangan. Tetapi, akhir-akhir ini tampak muncul kecenderungan baru. Banyak kaum intelektual baik dari Barat maupun Timur yang tekun menggali mutiara-mutiara yang terpendam di dalam kitab-kitab kuning, mereka tidak hanya mengumpulkan batu-batu yang berserakan dipinggir jalan. Di antaranya ialah Prof. Dr. Andree Feillard dari Perancis dan Prof. Dr. Martin Van Bruinessen dari Belanda, Prof. Dr. Robert W. Hefner dari Boston University Amerika, Prof. Dr. Mitsuo Nakamura dari Jepang dan lain sebagainya.
15.    Kecenderungan baru ini merupakan tantangan bagi para tokoh Nahdlatul Ulama’ bersama generasi mudanya baik yang berada pada struktur organisasi maupun diluar struktur organisasi sebagai juru dakwah kultural, untuk mengimbanginya dengan beberapa usaha yang dilakukan, antara lain:
a. Memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang Ahlussunnah wal Jama’ah serta meningkatkan penghayatan dan pengamalannya.
b. Meningkatkan keluhuran citra ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah, dengan mening-katkan mutu pelaksanaannya.
c.     Membuktikan keunggulan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dengan memperbanyak membaca dan mengkaji kitab kuning (Kutub al-Turats). Bermusyawarah serta berdiskusi untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul kepermukaan, kemudian menjadikan ajaran ASWAJA sebagai alternatif solusinya.

SHARE THIS

0 komentar: